Friday, December 26, 2008

struggle for life


Sekitar 2 hari yang lalu aku sempet nonton sebuah tayangan kalo ga salah di Indosiar isinya kilas balik tentang banyaknya orang - orang yang bunuh diri selama tahun 2008 ini, baik sendirian maupun sama anak – anak nya. Ada yang langsung meninggal ada juga yang perawatan dulu beberapa hari di rumah sakit. Itu semua yang terekam media mungkin banyak juga yang ga terliput. Alasan mereka hampir semua sama terlilit utang ato tidak tahan dengan beban ekonomi yang terlalu berat. Ya walaupun sebenarnya bunuh diri itu dosa tapi mungkin mereka “ngerasa” udah ga kuat nanggung semua itu. Di jaman yang seperti ini dan kedepannya, bukannya pesimis tapi kalo kita ga mengubah cara pandang kita tentang hidup mungkin bakal lebih banyak lagi yang jadi korban bunuh diri.

Aku jadi inget pernah nonton film yang judulnya “The Pursuit of Happyness” yang main Will Smith, bagus banget filmnya. Mungkin udah banyak yang udah nonton juga ya, yang belum pernah nonton aku saranin segera cari vcd ato dvd nya…hehe..Cerita ini based on true story dari seorang yang bernama Chris Gardner sama anaknya Christoper. Seorang salesman alat kesehatan yang harganya tidak murah dan dia harus door to door pintu rumah sakit ato dokter untuk menjual alat tersebut. Untuk biaya hidupnya sebulan paling ga dia harus jual 3 buah, padahal bener2 ga mudah. Dia orang yang optimis kalo bisa merubah hidupnya meskipun hal tersebut ga didukung sama istrinya. Ya mungkin istrinya udah bosen kerja sampe 2 shift, dikejar pajak, ditagih sewa rumah harus biayai anaknya pula di penitipan. Sampai pada suatu hari dia ngeliat orang2 yang keluar dari gedung2 tinggi sambil tersenyum bahagia, dia mikir kebahagiaan ada di dalam sana dan dia harus berusaha mencapainya. Istrinya sampe mikir mending jualan alat kesehatan itu daripada “ngimpi” ga karuan apalagi Chris ga punya ijazah yang memadai. Tapi dia udah bertekad dan akan mencobanya. Akhirnya singkat cerita dia berhasil mendapat panggilan dan mendapat masa training selama 6 bulan tanpa gaji. Keberhasilan mendapat panggilan wawancara karena dia berhasil menyelesaikan puzzle kotak yang berwarna yang dihadiahkan istrinya untuk Christopher. Melihat kondisi yang sepertinya ga akan membaik istrinya memilih untuk ninggalin Chris dan anaknya meskipun berat, dia akan ikut bekerja dengan adiknya di lain kota. Sepeninggal istrinya hidupnya semakin ga karuan karena bertepatan dengan dimulainya program training 6 bulan tanpa gaji dari perusahaan. Dia pindah dari penampungan satu ke penampungan lain kalo ga dapet jatah mereka tidur di kereta. Chris tau hidup emang berat tapi dia selalu sediakan waktu yang terbaik dengan anaknya. Anaknya bukannya dibiarkan ga terurus tapi setiap ada kesempatan dia ajarkan dasar dasar kehidupan lewat percakapan setiap hari sambil gosok gigi, sambil nunggu kereta ato sambil main basket. Dia melakukan ini semua sambil mikirin jangan sampe kehabisan jatah tempat tidur di penampungan, belajar agar trainingnya lulus dan juga sembari menjual alat kesehatannya. Dan akhirnya dia lulus dan pada akhirnya dia berhasil mendirikan perusahaan sendiri.

Yang aku kagumi dari karakter Chris Gardner ini dia bener bener struggle dari ketiadaan jadi keberadaan yang istilahnya from zero to hero. Bukan banyaknya harta yang dia punya sekarang yang harus kita ingini tapi keberaniaannya “to have a dream” di tengah beratnya hidup. Ditengah kepedihan hidupnya dia ga nyalahin papa tirinya yang suka mukul, ga nyalahin istrinya yang pergi ninggalin dia ato alat2 kesehatan yang ga terjual. Tapi mimpinya itu yang mengubah dia dari seorang biasa hampir jadi gelandangan menjadi orang luar biasa. Yang bisa merubah kita bukan orang lain walaupun kita banyak mendengarkan ato melihat motivator2 sejati tapi kalo kita ga ada niat untuk berubah semuanya akan tetep sama. Jangan mau dikalahkan oleh kehidupan kita semua layak untuk mendapatkannya. Aku pernah denger kata2: Berani mati itu biasa tapi berani hidup itu luar biasa.

Dan lagi selain pelajaran hidup kita juga bisa belajar banyak tentang keluarga dari film ini. Kegigihan Chris untuk terlibat dan tidak membiarkan anaknya di luar pengawasannya. Dalam keadaan seperti itu dia masi sempet komplain sama yang punya penitipan karena anaknya nonton film dewasa di tempat tersebut. Dia masi sempet main dinosaurus – dinosaurus an di stasiun kereta padahal waktu itu dia bingung akan bermalam dimana. Masi sempet main basket bareng, hobi anaknya. Kalo dibayangin mikir buat makan aja susah kok ya masi bisa mikir pendidikan yang baik buat anaknya. Dia berbuat seperti ini karena dia ga ingin anaknya seperti dia yang ketemu ayah kandungnya di usia 26 tahun dan dia merasa ga mengenalnya. Aku rasa Christopher ga akan merasa dia miskin meskipun dia sempet jadi gelandangan karena ayahnya selalu menginspirasi dan memotivasi hidupnya yang membuat hidupnya menjadi kaya akan pelajaran hidup. Yang paling membahayakan bukannya miskin materi tapi miskin harapan. Masalah datang sudah pasti tapi cara menghadapinya yang bisa mendorong penyelesaiannya.

Ada satu percakapan antara Chris Gardner sama anaknya yang apik banget:

CG :Hey. Don't ever let somebody tell you... You can't do something. Not even me. All right?
C : All right.
CG : You got a dream... You gotta protect it. People can't do somethin'themselves, they wanna tell you you can't do it. If you want somethin', go get it.

For Celyn, hope I can raise you in the best way I can effort, till you can reach your dream.

3 comments:

Sin Mei Lie said...

wow....thanks for this beatiful story!! encouraging and inspiring me to get my dreams come true!thanksssssss

Baek Sung Jo Oppa said...

mel..ceritanya bagus. sayange aku ga suka will smith jadi kayane males nonton filmE. mendingan baca ceritamu hehehe. aku jadi tersindir setelah baca percakapan chris dan anaknya karena aku pernah bilang kaya gitu ke pter. pter pernah gagal jalanin MLM dan aku sangat anti mlm. trus temennya kemaren2 nawarin dia mlm dan aku yang sangat negatif ini bilang "yang dulu aja ga sukses..emang yang ini bisa sukses?" habis itu menyesal aku kenapa harus mengucapkan kata2 negatif. ya cerita kamu ini lebih menginspirasi aku buat selalu berkata2 positif karena kata2mu adalah doamu. kalo berkata2 positif hasilnya akan positif, kalo berkata2 negatif yang terjadi juga sebaliknya.

angelica.jocelyn said...

hehe..thx u ya prends aku jadi semangat nulis ...