Tuesday, December 30, 2008

Bersyukur


Bersyukur selalu mungkin memang menjadi angan angan kita ya. Tetapi praktiknya sama sekali ga mudah. Kalo pas lagi hepi, semua kebutuhan terpenuhi mungkin kita gampang aja ya mengucap syukur. Tapi waktu kita kehilangan pekerjaan, lagi ada masalah rasanya berat banget untuk bersyukur. Rasa- rasanya ga ada alasan untuk bersyukur ya. Dikala kita merasa berat banget untuk bersyukur kita justru perlu kembali kepada Tuhan, kita minta kekuatan untuk tetap berani bersyukur dalam keadaan apapun juga.

Pada saat kita bersyukur dalam keadaan terpuruk kita bakal dapat kekuatan baru untuk menjalani masalah tersebut. Kita jadi punya kekuatan baru untuk menghadapinya. Masalah tersebut masih ada disana tapi cara pandang kita udah berubah. Kita ga lagi mengumpat karena masalah- masalah yang terjadi tetapi kita menikmatinya. Sekali lagi memang ga mudah apalagi fokus kita pada masalah bukan solusi. Saat kita bersyukur kita tidak lagi melihat masalahnya tapi solusinya.

Kalau kita masih bernafas kita pasti masih menjalani banyak masalah, baik besar maupun kecil. Kadang juga seperti misteri maksud masalah yang terjadi kepada kita itu apa. Tapi kita hanya hambaNya yang seharusnya ga layak mempertanyakan semuanya itu karena Dia pasti sedang rancangkan sesuatu untuk kita. Seperti kata Rick Warren, kita hidup bukan karena kita tapi yang tau maksud hidup kita adalah Tuhan dan itu adalah hidup untuk Dia. Banyak kejadian yang kalo direnungkan asal mulanya karena masalah tapi sekarang menjadi lebih indah. Sebenarnya ga ada alasan buat kita untuk ga bersyukur. Sekalipun sepertinya ga ada jalan yang terbuka, semua pintu tertutup kita bersyukur karena Tuhan masi perhatian sama kita. Kadang Tuhan dekatkan kita dengan Nya melalui masalah.

Friday, December 26, 2008

struggle for life


Sekitar 2 hari yang lalu aku sempet nonton sebuah tayangan kalo ga salah di Indosiar isinya kilas balik tentang banyaknya orang - orang yang bunuh diri selama tahun 2008 ini, baik sendirian maupun sama anak – anak nya. Ada yang langsung meninggal ada juga yang perawatan dulu beberapa hari di rumah sakit. Itu semua yang terekam media mungkin banyak juga yang ga terliput. Alasan mereka hampir semua sama terlilit utang ato tidak tahan dengan beban ekonomi yang terlalu berat. Ya walaupun sebenarnya bunuh diri itu dosa tapi mungkin mereka “ngerasa” udah ga kuat nanggung semua itu. Di jaman yang seperti ini dan kedepannya, bukannya pesimis tapi kalo kita ga mengubah cara pandang kita tentang hidup mungkin bakal lebih banyak lagi yang jadi korban bunuh diri.

Aku jadi inget pernah nonton film yang judulnya “The Pursuit of Happyness” yang main Will Smith, bagus banget filmnya. Mungkin udah banyak yang udah nonton juga ya, yang belum pernah nonton aku saranin segera cari vcd ato dvd nya…hehe..Cerita ini based on true story dari seorang yang bernama Chris Gardner sama anaknya Christoper. Seorang salesman alat kesehatan yang harganya tidak murah dan dia harus door to door pintu rumah sakit ato dokter untuk menjual alat tersebut. Untuk biaya hidupnya sebulan paling ga dia harus jual 3 buah, padahal bener2 ga mudah. Dia orang yang optimis kalo bisa merubah hidupnya meskipun hal tersebut ga didukung sama istrinya. Ya mungkin istrinya udah bosen kerja sampe 2 shift, dikejar pajak, ditagih sewa rumah harus biayai anaknya pula di penitipan. Sampai pada suatu hari dia ngeliat orang2 yang keluar dari gedung2 tinggi sambil tersenyum bahagia, dia mikir kebahagiaan ada di dalam sana dan dia harus berusaha mencapainya. Istrinya sampe mikir mending jualan alat kesehatan itu daripada “ngimpi” ga karuan apalagi Chris ga punya ijazah yang memadai. Tapi dia udah bertekad dan akan mencobanya. Akhirnya singkat cerita dia berhasil mendapat panggilan dan mendapat masa training selama 6 bulan tanpa gaji. Keberhasilan mendapat panggilan wawancara karena dia berhasil menyelesaikan puzzle kotak yang berwarna yang dihadiahkan istrinya untuk Christopher. Melihat kondisi yang sepertinya ga akan membaik istrinya memilih untuk ninggalin Chris dan anaknya meskipun berat, dia akan ikut bekerja dengan adiknya di lain kota. Sepeninggal istrinya hidupnya semakin ga karuan karena bertepatan dengan dimulainya program training 6 bulan tanpa gaji dari perusahaan. Dia pindah dari penampungan satu ke penampungan lain kalo ga dapet jatah mereka tidur di kereta. Chris tau hidup emang berat tapi dia selalu sediakan waktu yang terbaik dengan anaknya. Anaknya bukannya dibiarkan ga terurus tapi setiap ada kesempatan dia ajarkan dasar dasar kehidupan lewat percakapan setiap hari sambil gosok gigi, sambil nunggu kereta ato sambil main basket. Dia melakukan ini semua sambil mikirin jangan sampe kehabisan jatah tempat tidur di penampungan, belajar agar trainingnya lulus dan juga sembari menjual alat kesehatannya. Dan akhirnya dia lulus dan pada akhirnya dia berhasil mendirikan perusahaan sendiri.

Yang aku kagumi dari karakter Chris Gardner ini dia bener bener struggle dari ketiadaan jadi keberadaan yang istilahnya from zero to hero. Bukan banyaknya harta yang dia punya sekarang yang harus kita ingini tapi keberaniaannya “to have a dream” di tengah beratnya hidup. Ditengah kepedihan hidupnya dia ga nyalahin papa tirinya yang suka mukul, ga nyalahin istrinya yang pergi ninggalin dia ato alat2 kesehatan yang ga terjual. Tapi mimpinya itu yang mengubah dia dari seorang biasa hampir jadi gelandangan menjadi orang luar biasa. Yang bisa merubah kita bukan orang lain walaupun kita banyak mendengarkan ato melihat motivator2 sejati tapi kalo kita ga ada niat untuk berubah semuanya akan tetep sama. Jangan mau dikalahkan oleh kehidupan kita semua layak untuk mendapatkannya. Aku pernah denger kata2: Berani mati itu biasa tapi berani hidup itu luar biasa.

Dan lagi selain pelajaran hidup kita juga bisa belajar banyak tentang keluarga dari film ini. Kegigihan Chris untuk terlibat dan tidak membiarkan anaknya di luar pengawasannya. Dalam keadaan seperti itu dia masi sempet komplain sama yang punya penitipan karena anaknya nonton film dewasa di tempat tersebut. Dia masi sempet main dinosaurus – dinosaurus an di stasiun kereta padahal waktu itu dia bingung akan bermalam dimana. Masi sempet main basket bareng, hobi anaknya. Kalo dibayangin mikir buat makan aja susah kok ya masi bisa mikir pendidikan yang baik buat anaknya. Dia berbuat seperti ini karena dia ga ingin anaknya seperti dia yang ketemu ayah kandungnya di usia 26 tahun dan dia merasa ga mengenalnya. Aku rasa Christopher ga akan merasa dia miskin meskipun dia sempet jadi gelandangan karena ayahnya selalu menginspirasi dan memotivasi hidupnya yang membuat hidupnya menjadi kaya akan pelajaran hidup. Yang paling membahayakan bukannya miskin materi tapi miskin harapan. Masalah datang sudah pasti tapi cara menghadapinya yang bisa mendorong penyelesaiannya.

Ada satu percakapan antara Chris Gardner sama anaknya yang apik banget:

CG :Hey. Don't ever let somebody tell you... You can't do something. Not even me. All right?
C : All right.
CG : You got a dream... You gotta protect it. People can't do somethin'themselves, they wanna tell you you can't do it. If you want somethin', go get it.

For Celyn, hope I can raise you in the best way I can effort, till you can reach your dream.

Thursday, December 25, 2008

marah

Akhir2 ini anakku Celyn sering banget uring-uringan. Kalo lagi mainan dia pengen gimana tapi ga berhasil langsung marah, trus kalo manggil2 aku tapi akunya lagi sibuk ngapain gitu langsung aja dia marah, jerit2 ga karuan. Aku mikir kenapa ya ni anak apa mungkin tamabah besar jadi keinginannya tambah besar tapi kemampuannya belum sampai.

Aku akhirnya berkesimpulan dia lagi narik perhatianku karena akhir2 ini papanya memang lagi "in trouble" jadi aku emang lebih perhatian ke suami. Mungkin dia merasa terbengkalai ga digagas sama mamanya.Trus sempet juga tiap pulang kerja trus aku beliin mainan, roti ato coklat, en untung aku tersadar ..hei..please deh kamu hargai kasih sayang anakmu dengan sebatang coklat..

Aku juga jadi berpikir kenapa harus ngesampingin dia, kenapa ga ajak dia bicara aja ya. Paling ga kalo dia panggil dia tahu aku ada didekatnya dan masi tetep cinta ma dia. Emang dia belum ngerti apa2 tapi at least dia tau kalo dia berarti dimata orangtuanya. She is there not to complete our life but because she is part of our life.

So kalo ada anak2 yang susah diatur (kata ibunya lho), ayo para orangtua ambil waktu en ajak bicara anak2. Mereka bukannya susah diatur lho kalo mereka dihargai pasti mereka jadi mudah karena parents are not enemy but friend..Sebenere mereka paling merasa takut kalo ga ada yang mencintai karena bagi mereka kitalah pegangan hidupnya.

Tuesday, December 16, 2008

Children

Children
Kahlil Gibran

Your children are not your children.
They are the sons and daughters of Life's longing for itself.
They come through you but not from you,
And though they are with you yet they belong not to you.

You may give them your love but not your thoughts,
For they have their own thoughts.
You may house their bodies but not their souls,
For their souls dwell in the house of tomorrow,
which you cannot visit, not even in your dreams.
You may strive to be like them,
but seek not to make them like you.
For life goes not backward nor tarries with yesterday.

You are the bows from which your children
as living arrows are sent forth.
The archer sees the mark upon the path of the infinite,
and He bends you with His might
that His arrows may go swift and far.
Let our bending in the archer's hand be for gladness;
For even as He loves the arrow that flies,
so He loves also the bow that is stable.


This poem I got on my literature class on my college year. I really inspired by this poem and I think this poem answers so many questions between parents and children.

Thursday, December 11, 2008

The Road Not Taken

THE ROAD NOT TAKEN
by Robert Frost

Two roads diverged in a yellow wood,
And sorry I could not travel both
And be one traveler, long I stood
And looked down one as far as I could
To where it bent in the undergrowth;
Then took the other, as just as fair,
And having perhaps the better claim,
Because it was grassy and wanted wear;
Though as for that the passing there
Had worn them really about the same,
And both that morning equally lay
In leaves no step had trodden black.
Oh, I kept the first for another day!
Yet knowing how way leads on to way,
I doubted if I should ever come back.
I shall be telling this with a sigh
Somewhere ages and ages hence:
Two roads diverged in a wood, and I-
I took the one less traveled by,
And that has made all the difference.